Seri
orang terkaya di Indonesia 2014 kali ini akan membahas tentang profil Arifin
Panigoro, bos Medco sekaligus orang terkaya ke 49 di Indonesia dengan total
kekayaan yang diperkirakan sekitar 400 Juta Dollar atau lebih dari 4 Trilliun
Rupiah. Buat Sobat Studentpreneur yang menyukai sepakbola, nama Arifin Panigoro
juga pasti tidak asing. Ya, beliau adalah penggagas IPL untuk menjadi liga
saingan ISL sehingga menyadarkan PSSI tentang sepakbola yang lebih
professional. Meskipun IPL akhirnya dibubarkan oleh PSSI, ada kabar bahwa PSSI
telah menerima sumbangan sebesar 40 Juta Dollar atau lebih dari 400 Milliar
Rupiah dari konsorsium pengusaha yang dipimpin oleh beliau agar sepakbola
Indonesia kembali berprestasi.
Arifin
Panigoro lahir pada tahun 1945, tepat ketika pendudukan Jepang dan masa kacau
sesaat setelah Indonesia merdeka. Ayahnya, Jusuf Panigoro, adalah pemilik
sebuah toko di jalan Braga, Bandung. Sejak masih kecil, Arifin sudah menjadi
kasir dan bendahara di toko ayahnya. Membantu mengelola toko di masa sulit
membuat jiwa wirausaha beliau tumbuh, sekaligus menanamkan intuisi dan nyali
bisnis secara alami. Tidak ingin jauh dari keluarga, beliau memilih berkuliah
di Teknik Elektro ITB.
Jangan
bayangkan Arifin Panigoro bisa mendadak menjadi bos di perusahaan sebesar
Medco. Alumni ITB ini memulainya sangat kecil, hanya menjadi kontraktor
instalasi listrik rumahan, sampai akhirnya menerima pekerjaan memasang pipa di
tahun 80an. Titik balik beliau dan Medco terjadi pada tahun 1981. Proyek
pemasangan pipa besar saat itu biasanya hanya akan dimenangkan oleh perusahaan
asing. Arifin Panigoro berhasil meyakinkan salah satu perusahaan asing untuk
bekerjasama dengan Medco dengan sistem bagi hasil. Puncaknya, pada proyek
kilang Cilacap, Medco dikenalkan pemerintah dengan perusahaan dari Amerika.
Medco belajar habis-habisan mengenai cara pemasangan pipa dari orang Amerika,
sehingga mereka bisa mengerjakannya sendiri di masa depan.
Pada
tahun 80an juga, Dirjen Migas waktu itu Pak Wiharso tersinggung dengan
tanggapan salah satu perusahaan asing, sehingga untuk pertama kalinya Medco
sebagai perusahaan Indonesia mendapatkan kepercayaan untuk melakukan pengeboran
minyak tanpa pendampingan dari perusahaan asing. Arifin Panigoro yang “senang
namun kelabakan” langsung berangkat ke Amerika untuk mencari alat-alat yang tepat.
Penjual alat yang diperlukan di Amerika menolak uang muka 300 Ribu Dollar dan
langsung meminta tunai 4 Juta Dollar.
Meskipun
saat itu sedang sakit, Arifin Panigoro yang baru pulang dari Amerika langsung
pergi menemui Gubernur Bank Indonesia Rachmat Saleh dan lalu ke Pertamina.
Akhirnya, pihak Pertamina mau memberikan rekomendasi sehingga Arifin Panigoro
bisa mendapatkan pinjaman untuk membeli alat di Amerika. Namun, sampai
sekarang, Arifin Panigoro terus mengingatkan bagi pengusaha yang dibantu oleh pemerintah
tidak boleh manja, harus bisa terus memegang kepercayaan.
Dengan
usaha yang semakin maju, tahun 1990 Medco berhasil mempunyai ladang minyak
pertamanya di Tarakan dengan harga 13 Juta Dollar. Tarakan menyumbangkan 4 ribu
barrel per hari hingga Medco mendapatkan keuntungan yang besar. Puncaknya, pada
tahun 1995 Arifin Panigoro dan Medco berhasil memenangkan tender untuk membeli
PT Stanvac Indonesia dari ExxonMobil. Stanvac Indonesia yang merupakan
perusahaan minyak tertua di Indonesia tetap menjadi salah satu sumber minyak
terbesar bagi Medco sampai saat ini, dengan 80 ribu barrel minyak per harinya.
Salah
satu filosofi terbaik yang bisa kita pelajari dari Arifin Panigoro adalah cara
pandang beliau terhadap kekayaan. Menurut beliau, kaya itu relatif. Arifin
Panigoro tidak pernah menghitung apakah dirinya kaya atau tidak. Beliau merasa
sangat kaya apabila sedang berada di sebuah konser music yang disukainya. Atau,
sekedar mendengarkan alunan gamelan jawa setiap sebelum tidur, beliau sudah
merasa sangat kaya.
Apa
pandangan Sobat Studentpreneur terhadap kekayaan?
- Sumber:
http://studentpreneur.co/seri-orang-terkaya-di-indonesia-2014-arifin-panigoro-peringkat-49
0 comments:
Post a Comment