Thursday, May 8, 2014

Seri Orang Terkaya di Indonesia (6) – Prajogo Pangestu

Dua momen yang mengubah hidup Prajogo adalah ketika beliau mengenal Bong Sung On dan keluarga Cendana. Seandainya Prajogo adalah seorang yang pemalu, tentunya beliau hanya akan berakhir menjadi supir angkutan Singkawang-Pontianak seumur hidupnya

Lahir dengan nama Phang Djoen Phen, atau dalam bahasa mandarin berarti “burung besar terbang tinggi menguak awan mendung”, Prajogo Pangestu benar-benar berhasil terbang tinggi dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Menurut Majalah Forbes, beliau adalah orang terkaya ke 35 di Indonesia dengan total kekayaan 800 Juta Dollar atau 8 trilliun rupiah. Saat ini Prajogo Pangestu terkenal sebagai pemilik Barito Pacific, perusahaan petrochemical, pertambangan dan energy setelah sebelumnya juga terkenal sebagai raja kayu Indonesia.

Ternyata, Prajogo Pangestu tidak terlahir di keluarga yang kaya. Justru, saking miskinnya seorang pekerja getah karet dan tukang jahit di Pasar Sungai Betung, Phang Siu On (nama ayah Prajogo), membuat Prajogo kecil hanya menyelesaikan pendidikannya sampai SMP di Nan Hua, sekolah berbahasa mandarin Singkawang. Prajogo kecil sempat merantau ke Jakarta sebelum akhirnya kembali ke Singkawang dan menjadi supir angkutan kota Singkawang-Pontianak. Pekerjaan itu membuatnya kenal dengan Bong Sun On (Burhan Uray), orang Malaysia yang berada di Indonesia, orang yang akan mengubah hidup Prajogo Pangestu selamanya.

Singkat kata, pada tahun 1969 Prajogo bekerja di PT. Djajanti Group milik Bong Sun On. Beliau ditugaskan untuk mendapatkan HPH (hak khusus yang membuat Anda boleh mengolah hutan) di Kalimantan Tengah. Karena pekerjaannya selalu memuaskan, Bong Sun On mempromosikan Prajogo Pangestu menjadi General Manager di perusahaannya yang lain, PT. Nusantara Plywood yang terletak di Surabaya. Namun tidak lama, Prajogo Pangestu memberanikan diri membeli sebuah perusahaan kecil CV Pacific Lumber dengan menggunakan uang pinjaman dari Bank BRI. Sekali lagi, hidupnya berubah.

Pacific Lumber berganti nama menjadi Barito Pacific dan berhasil mengolah 5,5 juta hektar hutan di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Maluku, dan Sumatra Selatan. Seorang raja kayu gelondongan baru telah lahir di Indonesia. Beliau juga dikenal dekat dengan Presiden Indonesia waktu itu, Soeharto. Barito Pacific sempat goyah ketika pada tahun 1980 pemerintah mengeluarkan larangan ekspor kayu gelondongan. Tidak kurang akal, Prajogo Pangestu meminta pinjaman 150 Juta Franc pada Bank di Prancis dan membangun perusahaan pengolahan kayu, cikal bakal Barito Pacific Timber.

Sejak itu, hubungan Prajogo Pangestu dengan keluarga Cendana semakin dekat. Beliau bahkan mengajak putri tertua Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau yang lebih dikenal dengan Mbak Tutut untuk mendirikan banyak perusahaan di Sumatera. Bahkan, Barito Pacific Timber saat itu sampai mempunyai 20 anak perusahaan! Tidak hanya berkolaborasi dengan Mbak Tutut, Prajogo Pangestu juga bekerjasama dengan Bambang Trihatmodjo, anak Soeharto lainnya, untuk mendirikan berbagai perusahaan dan Bank pada tahun 90an.

Prajogo Pangestu tidak berhenti meskipun berhasil berkolaborasi dengan anak presiden. Beliau juga berkolaborasi dengan pebisnis sukses Singapura, Kwok Brothers, dan bersama-sama berinvestasi di Pulau Sentosa yang kini menjadi destinasi wisata nomor 1 Singapura. Beliau juga membeli saham PT Astra Internasional yang ketika itu mendatangkan jutaan kendaraan bermotor ke Indonesia. Akhir dekade 90an, Prajogo Pangestu mempunyai lebih dari 120 perusahaan yang menggarap sector non kayu.

Terakhir, yang paling sensasional, Prajogo Pangestu berhasil meyakinkan DBS Singapura untuk meminjam uang 2 Milliar Dollar atau 20 Trilliun Rupiah dan menggunakannya untuk membeli 70% saham Chandra Asri Petrochemical Center senilai 1,05 Milliar Dollar atau 10,5 Trilliun Rupiah. Chandra Asri adalah perusahaan Petrochemical yang sangat disegani di Asia. Akuisisi ini menguatkan posisi Prajogo Pangestu sebagai salah satu macan bisnis Indonesia.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari seorang Prajogo Pangestu. Seperti biasa, Saya akan meringkasnya menjadi  3 pelajaran utama. Pertama, jangan pernah menyerah dengan keadaan Anda. Prajogo Pangestu, dan beberapa orang sukses lain yang Saya kenal, kebanyakan justru berasal dari keluarga yang miskin. Mereka bekerja sangat keras untuk mengubah jalur kehidupan. Kita yang cukup beruntung masih bisa makan tiap hari, tentu tidak boleh kalah semangat dengan mereka. Kedua, jadilah orang yang menyenangkan dan mengenal banyak orang, terutama orang penting. Dua momen yang mengubah hidup Prajogo adalah ketika beliau mengenal Bong Sung On dan keluarga Cendana. Seandainya Prajogo adalah seorang yang pemalu, tentunya beliau hanya akan berakhir menjadi supir angkutan Singkawang-Pontianak seumur hidupnya. Pelajaran ketiga sekaligus terakhir, adalah jangan segan untuk berkolaborasi dengan siapapun untuk mengembangkan bisnis Anda. Kolaborasi Prajogo tidak hanya dengan orang Indonesia, bahkan dengan Bank Prancis dan pebisnis dari Singapura. Dengan kolaborasi bisnis, maka perusahaan Anda bisa berkembang dengan sangat cepat.

- Sumber: http://studentpreneur.co/seri-orang-terkaya-di-indonesia-6-prajogo-pangestu

0 comments:

Post a Comment